Bisa Nggak Sih HTS Berujung ke Pernikahan? -->
Zul Fitrah Ramadhan
Zul Fitrah Ramadhan Blogger | internet traveler | mempunyai minat terhadap buku, film, dan game story basic.

Bisa Nggak Sih HTS Berujung ke Pernikahan?

Tidak ada komentar

Destinasi Kata - Pernah nggak sih kamu atau teman kamu terjebak dalam hubungan yang kayaknya dekat, tapi nggak jelas statusnya apa? Nggak jadian, tapi juga nggak sepenuhnya teman. Yap, itulah yang sering disebut HTS alias Hubungan Tanpa Status. Fenomena ini makin marak di era sekarang, apalagi dengan gaya komunikasi serba instan. 

Tapi, muncul satu pertanyaan penting: kalau udah nyaman dan sama-sama cocok, apa mungkin HTS ini bisa berlanjut sampai ke jenjang pernikahan? Nah, di artikel ini, kita bakal ngobrol santai tapi serius soal kemungkinan HTS naik level jadi hubungan yang sah. Yuk, kita bahas bareng-bareng!

HTS bisa jadi awal cerita cinta, asal ada komitmen (Sumber: Unsplash/Everton Vila)

Sebenernya, HTS Itu Apa Sih?

HTS atau Hubungan Tanpa Status itu sebenarnya bukan istilah baru, tapi tetap aja sering bikin bingung. Dalam hubungan ini, dua orang kelihatan dekat, tapi nggak pernah ada pembicaraan resmi soal pacaran atau komitmen. Jadi ya, statusnya abu-abu. Nggak bisa dibilang teman biasa, tapi juga nggak bisa bilang pacar. 

Ini yang bikin HTS terasa menggantung: ada rasa, tapi nggak ada kejelasan. Ujung-ujungnya, salah satu bisa baper sendiri, sementara yang lain masih santai karena merasa nggak “terikat.” Lalu, kenapa sih banyak orang bisa kejebak di zona ini? 

Jawabannya bisa macem-macem. Bisa karena trauma dari hubungan sebelumnya, takut komitmen, atau ngerasa nyaman tanpa harus ‘ribet’ dengan status. Ada juga yang memang menikmati kedekatan emosional tanpa mau bertanggung jawab secara serius. 

Nah, supaya kamu bisa ngecek apakah sedang dalam HTS atau enggak, kenali ciri-cirinya: kalian sering jalan dan ngobrol intens tapi nggak pernah ngomongin masa depan, kamu ragu ngenalin dia sebagai pacar, dan selalu ada rasa khawatir dia deket sama orang lain karena nggak ada ikatan jelas. Kalau tiga hal itu relate banget sama kamu. Hati-hati, bisa jadi kamu lagi nyangkut di HTS.

HTS Bisa Jadi Serius? Emang Mungkin?

Meskipun HTS sering dianggap hubungan yang nggak jelas arahnya, bukan berarti semuanya harus berakhir di kekecewaan. Ada beberapa tanda yang bisa jadi sinyal kalau HTS kamu punya harapan naik level jadi hubungan resmi. 

Misalnya, kalian mulai sering ngobrol soal masa depan, saling terbuka soal perasaan, atau mulai memperkenalkan satu sama lain ke keluarga atau teman dekat. Apalagi kalau dia menunjukkan konsistensi dalam perhatian dan kehadiran, nggak cuma muncul pas butuh aja. 

Intinya, kalau dua-duanya sama-sama nyaman dan mulai membuka diri untuk komitmen, HTS bisa banget jadi awal dari cerita cinta yang lebih serius. Tapi, kuncinya tetap ada di dua hal: komunikasi dan komitmen. 

Jangan sampai hubungan dibiarkan ngalir tanpa arah. Ajak ngobrol serius biar saling tahu posisi dan tujuan masing-masing. Banyak kok cerita nyata di luar sana, orang-orang yang awalnya cuma HTS lalu akhirnya menikah. 

Misalnya, seorang teman pernah cerita kalau dia dan pasangannya dulu cuma “teman dekat” selama dua tahun, tapi karena sering ngobrol terbuka dan sepakat untuk mencoba serius, hubungan mereka tumbuh pelan-pelan sampai akhirnya duduk berdua di pelaminan. Jadi, HTS bukan berarti tanpa harapan, asal dua-duanya sepakat untuk jalan bareng ke arah yang lebih jelas.

Tapi, HTS Juga Punya Risiko, Lho!

1. Hati Nggak Tenang Karena Serba Gantung

Salah satu risiko paling nyata dari HTS adalah ketidaktenangan emosional. Bayangin aja, kamu udah ngasih perhatian, waktu, bahkan perasaan, tapi nggak tahu hubungan ini mau dibawa ke mana. Nggak ada kejelasan status bikin kamu selalu menebak-nebak: “Dia sayang nggak sih?”, “Kalau dia deket sama orang lain, aku berhak marah nggak ya?” 

Semua serba nggak pasti, dan itu bisa bikin capek hati dalam jangka panjang. HTS memang bisa terasa nyaman di awal, tapi lama-lama jadi beban kalau nggak ada kepastian. Perasaan yang nggak tenang ini sering bikin kamu susah fokus ke hal lain. 

Mau cerita ke teman pun kadang bingung, karena kamu sendiri nggak tahu harus nyebut dia siapa. Kondisi seperti ini bisa nguras energi emosional secara perlahan. Kamu selalu nunggu momen “resmi” yang nggak tahu kapan datangnya, dan itu bikin kamu kehilangan waktu untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan jelas. Jadi, sebelum makin larut, penting banget buat refleksi. Apa kamu masih nyaman, atau cuma bertahan karena takut kehilangan?

2. Nggak Semua Harapan Sama

Dalam HTS, sering kali yang satu berharap lebih, sementara yang lain cuma pengen “deket aja.” Perbedaan harapan ini yang bikin hubungan HTS bisa jadi medan jebakan emosi. 

Kamu mungkin sudah ngebayangin masa depan bareng dia, sementara dia santai aja dan nggak kepikiran buat bawa hubungan ini ke arah yang lebih serius. Ketimpangan ini bikin kamu gampang kecewa, karena ternyata kamu berjalan lebih jauh sendirian dalam bayangan. 

Nggak seimbangnya harapan ini juga bikin kamu sulit untuk mengutarakan isi hati. Takut kalau ngomong terus dia menjauh, tapi kalau nggak diungkap, kamu yang sakit sendiri. Sering kali, kamu jadi nahan-nahan rasa demi menjaga hubungan yang nggak jelas ini tetap utuh. 

Padahal, dalam hubungan sehat, dua-duanya harus sama-sama punya visi dan keinginan yang searah. Kalau dari awal kamu dan dia nggak di halaman yang sama, ujung-ujungnya akan lebih banyak luka daripada bahagianya.

3. Kadang Dapat Stigma dari Orang Sekitar

Nggak sedikit orang yang menjalani HTS merasa nggak nyaman kalau ditanya-tanya orang sekitar. Teman atau keluarga mungkin mulai komentar, “Kalian sebenernya pacaran nggak sih?”, atau bahkan menganggap hubungan kalian nggak serius. 

Stigma ini bikin kamu serba salah. Kamu nggak bisa menjelaskan dengan jujur, karena memang nggak ada status yang bisa dipegang. Di mata orang luar, hubungan seperti ini kadang dianggap “main-main” atau nggak layak diperjuangkan. 

Tekanan sosial ini kadang bikin kamu jadi mempertanyakan hubungan sendiri. Padahal mungkin kamu merasa nyaman, tapi komentar dari orang sekitar mulai bikin goyah. Nggak jarang juga ada rasa malu atau minder ketika pasangan lain bisa dengan jelas mengenalkan status mereka, sementara kamu masih bingung. Ini yang bikin penting banget punya kejelasan, bukan cuma buat diri sendiri, tapi juga untuk menepis keraguan dari orang-orang yang peduli sama kamu.

Tips Supaya HTS Nggak Gitu-Gitu Aja

1. Ajak Ngobrol Serius

Salah satu langkah penting supaya HTS nggak jalan di tempat adalah ngajak ngobrol serius soal arah hubungan. Emang, ngomongin masa depan itu nggak selalu gampang, apalagi kalau belum ada status resmi. 

Tapi justru karena itu, penting banget buat buka obrolan jujur: “Kita ini sebenarnya mau ke mana, sih?” Nggak usah terlalu formal, cukup dari hati ke hati. Tujuannya bukan buat maksa, tapi biar kamu dan dia bisa tahu posisi masing-masing. Apakah sama-sama ingin lanjut atau cuma menikmati momen sementara. 

Obrolan kayak gini bisa jadi momen penting buat ngukur komitmen. Kalau dia langsung menghindar atau nggak mau diajak diskusi, itu bisa jadi sinyal kalau kamu lebih serius dari dia. Sebaliknya, kalau dia terbuka dan ngajak nyusun langkah ke depan, berarti masih ada harapan. 

Yang penting, jangan tunda terus. Semakin lama kamu menahan pertanyaan itu, semakin besar risiko kamu terjebak lebih dalam tanpa kepastian.

2. Punya Batasan Itu Penting, Serius deh

Batasan itu bukan cuma penting, itu wajib. Karena nggak ada status yang mengikat, kamu dan dia harus sepakat soal apa yang boleh dan nggak boleh. Misalnya, apakah oke kalau salah satu deket sama orang lain? Atau, seberapa intens komunikasi kalian? 

Kalau nggak ada batasan yang jelas, gampang banget muncul rasa cemburu, salah paham, atau bahkan rasa dimanfaatin. Batasan ini bukan buat ngeribetin, tapi justru buat jaga perasaan masing-masing. 

Kadang, karena takut kehilangan, kamu jadi ngelepas semua batas dan ngebiarin hubungan ngikut arus. Padahal, tanpa batasan, kamu bisa kelelahan secara emosional. 

Jadi, jangan ragu untuk bilang “nggak” kalau ada hal yang bikin kamu nggak nyaman. Tunjukkan bahwa kamu menghargai diri sendiri, dan itu juga bakal bikin dia menghargai kamu lebih dari sekadar ‘teman dekat’ tanpa arah.

3. Bangun Kepercayaan, Jangan Cuma Jalan Bareng Tanpa Arah

Hubungan apa pun, termasuk HTS, nggak bakal bertahan tanpa kepercayaan. Tapi membangun kepercayaan itu butuh usaha dari dua arah. Kamu dan dia harus saling jujur—nggak cuma soal perasaan, tapi juga tentang niat dan harapan dalam hubungan ini. 

Jangan cuma jalan bareng, chatting tiap hari, tapi ada rahasia besar yang disimpan. Kepercayaan itu tumbuh dari konsistensi: omongan sesuai tindakan, dan nggak tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Kalau kamu merasa selalu jadi pihak yang memberi kepercayaan tanpa pernah mendapat kejelasan, itu patut dipertanyakan. 

Jangan sampai kamu udah investasi perasaan dan waktu, tapi dia masih memperlakukan hubungan ini sebagai ‘hiburan sambil lalu’. Bangun kepercayaan itu kayak nyusun fondasi rumah—kalau rapuh, hubungan pun gampang ambruk. Jadi, pastikan kalian berdua sadar bahwa HTS bisa jadi sesuatu yang berarti, asal sama-sama mau jaga kepercayaan dan saling jujur.

Kapan Waktunya Say Goodbye ke HTS?

1. Kalau Nggak Ada Tanda-Tanda Mau Serius

Ada kalanya kamu harus realistis dan berani ngambil keputusan, apalagi kalau hubungan yang dijalani nggak menunjukkan tanda-tanda mau dibawa ke arah yang lebih serius. Misalnya, udah lama deket tapi dia selalu menghindar tiap kali diajak ngobrol soal masa depan, atau nggak pernah ngenalin kamu ke lingkungannya. 

Kalau kamu udah kasih waktu dan ruang tapi tetap nggak ada progres, mungkin saatnya kamu mempertimbangkan untuk pamit dari hubungan yang cuma muter di situ-situ aja. Nggak mudah memang buat ninggalin orang yang udah bikin kamu nyaman. 

Tapi, kenyamanan tanpa arah itu bisa jadi jebakan yang menghambat kamu buat ketemu orang yang benar-benar siap berkomitmen. Waktu kamu berharga, dan kamu layak untuk dicintai secara jelas, bukan sekadar dipegang tapi nggak pernah diajak melangkah. 

Jadi, kalau HTS kamu stagnan dan nggak ada kemauan dari dia buat bawa hubungan ke level selanjutnya, jangan takut untuk bilang "cukup."

2. Kalau Kamu Ngerasa Lelah Sendirian

Salah satu tanda paling kuat buat ninggalin HTS adalah saat kamu merasa capek secara emosional. Capek mikirin dia terus, capek berharap lebih, tapi nggak pernah tahu dia ngerasa yang sama atau enggak. 

HTS sering bikin kamu merasa berjuang sendirian, padahal hubungan yang sehat seharusnya saling dukung, bukan bikin kamu ngerasa sendiri walaupun sedang “bersama.” 

Kalau kamu mulai kehilangan diri sendiri karena terlalu fokus menjaga hubungan yang nggak jelas, itu tandanya kamu harus rehat dan mikirin kebahagiaan kamu dulu. 

Jangan anggap rasa lelah itu sebagai hal sepele—itu sinyal dari tubuh dan hati bahwa kamu butuh kepastian, butuh kenyamanan, bukan hanya perhatian sesaat. Kamu berhak bahagia, dan kadang, kebahagiaan itu dimulai dari berani melepaskan yang nggak lagi sehat buat kamu.

3. Kalau HTS Udah Nggak Sejalan Sama Nilai Hidupmu

Hubungan, apa pun bentuknya, seharusnya selaras sama nilai-nilai yang kamu pegang. Kalau HTS yang kamu jalani malah bikin kamu bertentangan sama prinsip hidupmu, entah soal kejujuran, komitmen, atau pandangan soal hubungan, berarti saatnya kamu evaluasi ulang. 

Jangan sampai kamu terus bertahan hanya karena rasa sayang, padahal di dalamnya kamu merasa mengorbankan siapa dirimu yang sebenarnya. 

Misalnya, kamu orang yang menjunjung tinggi keterbukaan, tapi pasangan HTS kamu selalu menghindar tiap kali diajak bicara serius. Atau kamu tipe yang butuh kejelasan dan rasa aman, tapi dia terus bilang “jalani aja dulu.” 

Kalau udah nggak sejalan, hubungan itu akan lebih banyak menguras daripada menguatkan. Jadi, lebih baik jujur sama diri sendiri dan ambil langkah bijak, meski itu berarti harus mengucapkan selamat tinggal.

HTS Itu Bisa Jadi Serius, Tapi Jangan Buta Juga

HTS itu bukan berarti hubungan yang sepenuhnya buruk. Banyak juga kok yang awalnya cuma deket tanpa status, tapi akhirnya jadi pasangan sah karena tumbuhnya rasa saling percaya, komunikasi yang terbuka, dan tujuan yang sejalan. 

Kadang, hubungan memang butuh waktu untuk berkembang secara alami tanpa tekanan label. Tapi tetap, HTS baru bisa jadi hubungan yang serius kalau dua-duanya sama-sama sadar arah dan siap buat melangkah lebih jauh, bukan cuma nyari kenyamanan sesaat. 

Tapi ingat juga, kenyamanan bisa jadi jebakan kalau kamu jadi buta terhadap kenyataan. Jangan sampai karena takut kehilangan, kamu menutup mata dari tanda-tanda kalau hubungan itu nggak sehat atau cuma satu arah. 

Cinta itu penting, tapi akal sehat juga harus tetap nyala. Jangan cuma nunggu dia berubah atau tiba-tiba ngajak serius tanpa ada usaha nyata. Kalau kamu udah kasih ruang, waktu, dan komunikasi, tapi dia tetap nggak mau maju, mungkin saatnya kamu yang melangkah pergi demi dirimu sendiri.

 

 

Zul Fitrah Ramadhan
Zul Fitrah Ramadhan Blogger | internet traveler | mempunyai minat terhadap buku, film, dan game story basic.

Komentar